RZNEWS – Pertiwi Pertamina Hulu Rokan bernama Afrilia Elisa ini sejak awal pemaparan Teknologi Dunia Migas di Main Office Lapangan Minas Kabupaten Siak Provinsi Riau pada Kamis 8 Agustus 2024 lalu terlihat sangat antusias dan ‘menyala’ alias semangat tinggi. Dengan fasih dan memahami materi proyek teknologi sistem informasi terpadu peremajaan sumur tua di Minas ini, dia menyampaikan klaim telah sukses dikerjakan dan dinilai berhasil.
Wanita yang menamatkan pendidikan di Perguruan Tinggi Kedinasan Sekolah Tinggi Energi dan Mineral (PTK Akamigas-STEM) di Cepu Provinsi Jawa Tengah pada 2010 lalu ini juga dengan bangga memamerkan hasil pengeboran di Sumur Minas 6F94 yang ternyata masih memiliki cadangan minyak pada kedalaman 200 meter bawah muka tanah.
Elsa, panggilan Pertiwi PHR ini dengan senyum lebar dan sumringah atau rasa bahagia menyebut bahwa sistem teknologi Venus Minas Advanced Reservoir Management atau e-Mars 2.0 yang dikembangkan berhasil mengetahui masih ada cadangan minyak di sumur tua, dan untuk peremajaan dibuat sumur baru berdekatan di lokasi sama.
Bersama 5 Perwira Pertiwi PHR lainnya, Elsa memimpin proyek pengembangan Venus atau e-Mars 2.0 yang merupakan inovasi generasi kedua dari e-Mars sebagai terobosan transformasi digital yang pertama di industri perminyakan dalam proses evaluasi sub surface berbasis advance Reservoir Management (RM) dan Artificial Intelligence (AI).
Proyek Venus ini dalam artian penggabungan kecerdasan dan keahlian para Perwira dan Pertiwi PHR dan diterapkan dalam sebuah program sistem teknologi yang dijalankan untuk mendapatkan hasil terukur, terpercaya dan terkini.
Ibu dari dua buah hati ini menyebutkan bahwa untuk proses pengerjaan Venus memakan waktu sekitar 3 bulan dengan melibatkan 6 Perwira Pertiwi dari Cross Functional tim di PHR Wilayah Kerja Rokan.
Tim inovasi Venus e-Mars 2.0 terdiri dari Irdas Muswar sebagai Team Manager Minas, Joko Nugroho Phw Team Manager PRIME AST, Afrilia Elisa Sr Petroleum Engineer, Riri S Puspitasari Sr Earth Scientist) dan M Awqi Gibran selaku Sr PE AI serta Chairul Ichsan merupakan AI/ML Engineer.
Venus e-Mars 2.0 adalah terobosan inovasi yang melampaui e-Mars dalam memilah dan mengevaluasi sumur secara menyeluruh dan serentak di Lapangan Minas dengan menyeluruh, terkini, konsisten, otomatis dan keberlanjutan.
Perempuan yang pernah bersekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang Provinsi Jawa Tengah ini menyebut hingga pertengahan Tahun 2024 sudah mengeksekusi sedikitnya 200 sumur tua, atau sudah melebihi target 150 sumur dalam setahun.
Pengeboran pada sumur tua berusia rata rata 80 tahun dijalankan dengan sistem teknologi Venus e-Mars 2.0 ini untuk melihat atau membuktikan ada tidaknya kandungan migas di bawah permukaan.
Seperti eksekusi pengeboran di Sumur Minas 6F94 menggunakan teknologi Venus, kemudian mendapat hasil masih terdapat cadangan minyak bumi dengan kandungan 70 persen minyak mentah dan 30 persen air.
“Alhamdulillah, berkat kerjasama yang kompak seluruh tim di lapangan sumur akhirnya bisa memastikan masih ada cadangan minyak mentah di lokasi sumur tua ini. Selanjutnya sumur pendamping akan dipasangi sambungan pipa agar bisa berproduksi lagi,” kata Elsa.
Dalam inovasi ini, tim menggabungkan data geologi dan geofisik subsurface dan data dinamis sumur-sumur sekitar, dengan melihat lokasi injector untuk lapangan Minas. Kemudian data dikalkulasi melalui AI Expert System yang dibangun, untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh dan serentak pada ratusan sumur di lapangan Minas.
Senior Petroleum Engineer yang sudah berkarir di Pertamina selama 3 tahun sejak periode alih kelola ini mengklaim PHR berhasil menahan laju penurunan produksi alamiah sumur-sumur minyak di Lapangan Minas, dari rata-rata 11% per tahun menjadi 6% berkat penerapan inovasi teknologi.
Wanita yang sudah berpengalaman bekerja di industri perminyakan selama 14 tahun di berbagai aspek teknik perminyakan ini juga memprediksi bahwa keberhasilan implementasi inovasi Venus memberikan keuntungan atau bisa menghemat keuangan negara sekitar Rp200 miliar pertahun karena melakukan peningkatan produksi tanpa membor sumur baru yang memakan banyak biaya. Disamping itu juga meringkas waktu karena pekerjaan dilakukan berdasarkan analisa ahli dan kecanggihan mesin.
Elsa yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara ini memproyeksikan hingga akhir 2024 Venus bisa mengevaluasi hingga 300 sumur dari total 1.500 sumur produksi di Minas, dengan proyeksi value creation atau mengurangi pembiayaan sumur bor baru senilai Rp 450 miliar.
Keberhasilan metode evaluasi Venus ini juga akan diterapkan di Lapangan Bangko-Balam di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau yang juga memiliki karakteristik serupa dengan Lapangan Minas, dengan jumlah sumur yang akan dievaluasi lebih dari 600 sumur.
Selama pembuatan Venus ini, Elsa mengakui berjalan dengan baik karena sangat terbantu dengan pelibatan tenaga ahli Perwira Pertiwi PHR yang kompeten di bidangnya dan mendapat dukungan penuh dari tim kerja.
Tantangan dihadapi tim e-Mars 2.0 ini hanya terkait aspek teknis, yaitu ketika akan melakukan trial dan testing atau pengujian untuk memastikan sistem dibuat dan ditanamkan di Venus apakah hasilnya sesuai atau tidak dengan keilmuan para ahli.
“Perasaan kami tentunya sangat senang karena inovasi yang kita buat berguna untuk semua dan memberikan dampak positif untuk perusahan dan negara,” ucap Elsa.
Venus Bikin Mudah Pemboran Sumur
Kepala Proyek Pemboran Sumur Minas 6F94 Yoga Handita menyebutkan bahwa proses penggalian sumur tua untuk melihat cadangan minyak sangat terbantu dan dimudahkan setelah ada sistem teknologi Venus e-Mars 2.0 ini.
Pekerjaan eksplorasi sumur tua kini tidak sesulit dahulu, karena saat ini tim bekerja sesuai masukan yang sudah terprogram dalam e-Mars 2.0, sehingga hasil dari pengeboran sumur bisa dengan cepat diketahui apakah masih menyimpan cadangan minyak atau tidak.
“Kami bekerja berdasarkan masukan dan perintah sistem Venus, dan sekarang tidak lagi meraba raba karena input data dari e-Mars 2.0 ini bisa dibilang akurat. Alhamdulillah hasilnya dengan cepat bisa kami dapat tanpa harus lama lama membor sumur tua ini,” ungkap Yoga di Lapangan Minas.
Tidak jauh dari lokasi sumur tua itu hanya beberapa meter saja, tim sudah menyiapkan sumur baru sebagai pendamping untuk kemudian nantinya akan disambungkan dengan pipa ketika sudah memastikan masih ada cadangan minyak bumi.
Yoga mengaku bersama tim nya sangat bangga menjalankan sistem Venus ini karena sudah menemukan kandungan minyak bumi di sumur tua tersebut. Setelah itu pekerjaan lanjutan diserahkan ke bagian produksi.
Sukses Inovasi Venus Tuai Apresiasi
Sementara itu, EVP Upstream Business PHR Andre Wijanarko menyatakan bahwa manajemen sangat mendukung upaya para Perwira dan Pertiwi, terutama generasi millenial untuk berkreatif dan berinovasi guna menciptakan terobosan terbaru dalam rangka meningkatkan dan optimalisasi produksi serta efisiensi biaya sesuai dengan karakteristik lapangan minyak.
“Walaupun sumur-sumur tua di lapangan Minas berumur lebih dari 8 dekade, inovasi dilakukan para Perwira Pertiwi PHR terbukti berhasil membuktikan bahwa teknologi dan cara berpikir baru dapat mengungkap cadangan minyak di lapangan tua untuk diproduksi guna menjaga kebutuhan energi nasional di lapangan lapangan tua dikelola PHR,” kata Andre dalam satu kesempatan.
Vice President Transformasi Digital SKK Migas Rendra Utama juga pernah menyampaikan apresiasi kepada PHR atas keberhasilan menciptakan terobosan inovasi Venus e-Mars 2.0 yang menjadi bukti keandalan teknologi digital untuk mendukung peningkatan produksi.
Apresiasi lainnya ialah Inovasi e-Mars telah berhasil menyabet penghargaan “The Most Innovative Project Collaboration Prove” di PHR WK Rokan dan “Platinum Medal” di ajang Upstream Innovation & Improvement Award 2023.
Kemudian, menjadi perwakilan Pertamina dalam SKK Migas Hackaton Advance AI dan Sharing knowledge ke KKKS di Indonesia pada event Technology Day.
Mengenal Lapangan Minas
Informasi tambahan, Lapangan Minas pertama kali ditemukan pada 1939 oleh Geolog Amerika Serikat Walter Nygren dengan pengeboran pertama pada Tahun 1940 dan produksi awalnya 2.000 barel per hari oleh perusahaan Amerika Serikat Caltex dan kemudian berubah menjadi Chevron. Saat ditemukan, kandungan minyaknya mencapai 6 miliar barel.
Lokasi Lapangan Minas berada di hutan, dan jauh dari pemukiman rumah penduduk. Untuk menjangkau ke lokasi sumur dibuat akses jalan puluhan kilometer membelah hutan.
Kemudian di era Presiden Joko Widodo Pemerintah RI sukses menguasai kepemilikan saham 100 persen Chevron ini pada Agustus 2021 lalu dan berganti nama PHR.
Minyak mentah di Lapangan Minas merupakan light crude oil atau minyak ringan, sehingga menggunakan teknologi pompa elektris untuk proses pengangkatan ke permukaan.
Berbeda dengan minyak mentah di lapangan sumur lain yang berupa heavy crude oil atau minyak mentah berat perlu menggunakan teknologi mesin pompa angguk.
Sejak alih kelola ini, Perwira Pertiwi PHR langsung gerak cepat membuat inovasi menghidupkan kembali sumur-sumur lama yang tidak produktif atau disebut e-Mars dan telah berhasil mengaktifkan kembali ratusan sumur non produktif di Wilayah Kerja Rokan.
Rokan merupakan blok migas paling produktif sepanjang sejarah perminyakan Indonesia yang memiliki lebih dari 11 ribu sumur aktif, 13 ribu km jaringan pipa, sekitar dua kali jarak Sabang-Merauke. Blok Rokan memiliki luas wilayah kerja 6.200 Km2 meliputi tujuh Kabupaten di Provinsi Riau.
Lebih dari 11 miliar barel minyak mentah telah diproduksi dari WK Rokan dari sejumlah lapangan-lapangan besar, diantaranya Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kota Batak, Petani, Pematang, Petapahan dan Pager.
Penulis : Abdul Razak